Senin, 28 Maret 2016

shortcut keyboard



SHORTCUT KEYBOARD

Nomor
Shortcut
Fungsi
         1. 
Ctrl + A
Memilih semua teks
        2. 
Ctrl +B
Menebalkan teks (Bold)
         3.
Ctrl + C
Menyalin atau menggandakan
         4.
Ctrl + D
Memilih jenis huruf (font)
         5.
Ctrl + E
Perataan tengah (center)
         6. 
Ctrl + F
Temukan kalimat/huruf (find)
         7.
Ctrl + G
Pergi ke (go to)
         8.
Ctrl + H
Temukan Kalimat dan Tindih (Find and Replace)
         9.
Ctrl + I
Membuat cetak miring (Italic)
      10.
Ctrl + J
Membuat rata kiri kanan/seimbang (Justify)
    11.
Ctrl + K
Memasukkan Alamat tautan (Insert Hyperlink)
     12.
Ctrl + L
Membuat teks rata kiri (Left)
     13. 
Ctrl + M
Menggeser penempatan paragraf ke kanan
     14.
Ctrl + N
Membuat berkas baru (New)
     15.
Ctrl + O
Membuka berkas (Open)
     16.
Ctrl + P
Perintah mencetak berkas (Print)
     17.
Ctrl + Q
Menghapus pengaturan yang telah dibuat
     18.
Ctrl + R
Membuat rata kanan (Right)
       19.
Ctrl + S
Simpan (Save)
     20.
F12
Menyimpan kembali dengan nama yang sama atau berbeda (save as)
     21.
Ctrl + T
Menggeser tabulasi bawah ke kanan
       22.
Ctrl + U
Membuat garis bawah (Underline)
     23.
Ctrl + V
Tempel (Paste).
     24.
Ctrl + W
Keluar dari berkas
     25.
Ctrl + X
Potong (Cut)
     26.
Ctrl + Y
Mengembelikan perintah yang telah dibatalkan undo (Redo)
     27.
Ctrl + Z
Membatalkan perintah sebelumnya (Undo)
     28.
F1
Hampir selalu digunakan sebagai bantuan tombol, hampir setiap program ini akan membantu membuka layar saat ini tombol yang ditekan

     29.
F2
Dalam Windows umumnya digunakan untuk mengubah nama yang disorot atau file icon
     30.
F3
Seringkali membuka fitur pencarian untuk berbagai program termasuk Microsoft Windows
     31.
F4
Terbuka menemukan jendela
     32.
F5
Dalam semua modern browser Internet akan menekan F5 refresh atau reload halaman atau dokumen jendela
     33.
F6
Pindahkan kursor ke Address bar di Internet Explorer dan Mozilla Firefox.

     34.
F7
Biasanya digunakan untuk periksa ejaan serta gramatika memeriksa dokumen Microsoft dalam program seperti Microsoft Word, Outlook, dll
     35.
F8
Fungsi tombol * untuk memasukkan Windows startup menu, biasanya digunakan untuk masuk ke Windows Safe Mode
     36.
F9
Pengukuran yang Membuka toolbar dalam Quark 5.0
     37.
F10
Pada Microsoft Windows mengaktifkan menu bar di aplikasi yang terbuka
     38.
F11
Modus layar penuh dalam semua modern browser Internet
     39.
F12
Buka Simpan sebagai jendela Microsoft Word
     40.
Tombol SHIFT + DELETE
Menghapus item yang dipilih secara permanen, item yang terhapus tidak dibuang ke dalam Recycle Bin






Kamis, 24 Maret 2016

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah Buaya Sebagai Obat Luka Bakar



MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI
Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah Buaya Sebagai Obat Luka Bakar
(Diajukan sebagai salah satu syarat guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi farmasi)



Oleh :
1.      Andri Ramadhan              (01403003)
2.      Risna Herwanto                (014030034)
3.      Dedi Herizal                      (014030048)
4.      Nelly Afrianty                   (014030029)
5.      Tia Widianti                      (014030042)


SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jln. Bhakti Manunggal Rangkasbitung (Tlp. 0252-205884)

2016


LEMBAR PENGESAHAN










Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah Buaya (Aloe vera) Sebagai Obat Luka Bakar

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi farmasi.                          Disusun Oleh :
                1. Andri Ramadhan
                2. Risna Herwanto
                3. Dedi Herizal A
                4.Nelly Afrianty
                5.Tia Widianti

                   Disetujui Oleh :
                      Dosen Mata Kuliah



                            Endang Sunariyanti, S.Farm M.Sc


KATA PENGANTAR

        Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah teknologi farmasi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini diberi judul Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah Buaya (Aloe vera) Sebagai Obat Luka Bakar”.
       Tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah teknologi farmasi pada Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
      Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas ini, diantaranya :
1. Endang Sunariyanti, S.Farm, M.Sc selaku dosen mata kuliah teknologi farmasi dan dosen pembimbing.
2.      Seluruh dosen dan staf karyawan Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
      Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
       Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.
         Akhirnya semoga tugas ini dapat bermanfaat, dan menjadi dasar untuk menghasilkan makalah-makalah berikutnya dalam rangka pengembangan ilmu dan wawasan yang lebih luas.

                                Rangkasbitung, 2 Maret 2016


                                      Penulis


DAFTAR ISI 



LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
C. Tujuan Makalah................................................................................................... 4
D. Manfaat Makalah................................................................................................. 4
BAB II TINJAU PUSTAKA
A. Pengertian Krim................................................................................................... 5
B Penggolongan Krim............................................................................................... 5
C. Bahan-Bahan Penyusun Krim............................................................................ 6
D.Kekurangan dan Kelebihan Sediaan Krim........................................................ 7
E. Morfologi Lidah Buaya........................................................................................ 7
F. Klasifikasi Lidah Buaya....................................................................................... 9
G. Senyawa Metabolisme Sekunder Pada Lidah Buaya....................................... 9
H.Manfaat Lidah Buaya.......................................................................................... 11
I. Luka Bakar........................................................................................................... 13
J. Penyebab Luka Bakar......................................................................................... 13
K. Tanda dan Gejala Luka Bakar.......................................................................... 14
L. Perhitungan Luas Luka Bakar.......................................................................... 14
M. Patofisiologi......................................................................................................... 16
N. Penatalaksanaan Pengobatan Luka Bakar....................................................... 17
O. Preformulasi......................................................................................................... 18
P. Evaluasi Sediaan Krim........................................................................................ 19

BAB III METODOLOGI
A. Diskripsi Penelitian.............................................................................................. 21
B. Alat dan Bahan.................................................................................................... 21
C. Formulasi.............................................................................................................. 22
D. Rancangan Penelitian.......................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP HASIL DAN KESIMPULAN............................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 26


BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
         Kemajuan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih saat ini tidak dapat dapat mengesampingkan obat alami. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat obat alami. Selain itu, masih banyak kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat alami untuk pengobatan tertentu (Dalimartha, 2000).
       Tanaman lidah buaya tergolong keluarga Liliaceae, mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku obat alami. Peluang tanaman obat saat ini semakin besar, sehingga kecenderungan masyarakat untuk beralih ke bahan-bahan alami. Bahan alami berpeluang untuk menjadi komoditas perdagangan yang besar. Tumbuhan lidah buaya yang berasal dari Afrika ini mempunyai lebih dari 300 jenis. Spesies-spesies dari genus Aloe yang komersil antara lain Aloe barbadansis, Aloe perryl dan Aloe ferox. Spesies Aloe barbadansis atau sering disebut Aloe vera memiliki potensi tertinggi sebagai bahan baku farmasi (Suryowidodo, 1988).
      Dalam lidah buaya ini mengandung berbagai zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya untuk penyembuhan luka bakar.
    Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosterone meningkat. Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi lokal dengan tujuan mendapatkan kesembuhan secepat mungkin, sehingga jumlah jaringan fibrosis yang terbentuk akan sedikit dan dengan demikin mengurangi jaringan parut. Diusahakan pula pencegahan terjadinya peradangan yang merupakan hambatan paling besar terhadap kecepatan penyembuhan (Ancel, 1989).
       Berdasarkan hasil uji penelitian salah satu mahasiswa universitas negeri semarang yaitu Rizki aris wijaya pada tahun 2013 hasil pemeriksaan identifikasi fitokimia ekstrak lidah buaya positif mengandung tanin, fenol, dan saponin. Pada pH krim ekstrak lidah buaya hasil pemeriksaan pH krim diperoleh pH berkisar antara 5 – 6, jadi aman untuk digunakan pada kulit manusia karena pH kulit berkisaran antara 4,2 – 6,5. Ekstrak lidah buaya dan VCO yang diformulasikan dalam bentuk krim stabil dalam waktu 8 minggu penyimpanan. Hasil uji luka bakar dari ekstrak lidah buaya menunjukkan efek sebagai obat luka bakar dimana terlihat proses penyembuhan yang ditandai dengan pengurangan luka yang lebih cepat pada luka mencit dengan diameter ±1 cm. Pada penelitian ini formula FIB lebih cepat menyembuhkan luka pada 8 hari dari pada formula FOB dalam waktu 9 hari, formula F1A 12 hari dan FOA sembuh pada hari ke 14. Formula F1B menandakan waktu tercepat dalam penyembuhan luka bakar dengan waktu 8 hari.
      Selain itu, krim dipilih karena sediaan ini mempunyai keuntungan diantaranya mudah dioleskan pada kulit, mudah dicuci setelah dioleskan, krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah, dan terdistribusi merata.
     Berdasarkan kondisi faktual dan konsepsi pemikiran diatas, penyusun tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah Buaya Sebagai Obat Luka Bakar”.

    B.  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud dengan krim ?
2.      Apakah kandungan kimia yang terdapat pada lidah buaya ?
3.      Bagaimana formulasi krim lidah buaya sebagai obat luka bakar ?
4.      Bagaimana hasil evaluasi sediaan krim ?

    C.  Tujuan Makalah
          Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan yang diperoleh adalah :
           1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan krim.
           2. Untuk mengetahui apa saja kandungan kimia yang terdapat pada lidah buaya.
           3. Untuk mengetahui bagaimana  formulasi krim lidah buaya sebagai obat luka bakar.
           4. Untuk mengetahui hasil evaluasi sediaan krim.

    D. Manfaat Makalah
          1. Memberi informasi tentang kandungan dari lidah buaya.
          2. Memberikan informasi tentang manfaat lidah buaya.
          3. Memberika informasi tentang formulasi krim lidah buaya sebagai obat luka bakar.
          4. Memberi informasi tentang hasil evaluasi sediaan krim


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

     A. Pengertian Krim
               Menurut  formularium nasional krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
               Krim adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI, 1995).

    B. Penggolongan Krim
          Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada 2 tipe krim, yaitu :
     1.Tipe M/A atau O/W
         Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream 
           Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular. Contoh : vanishing cream.
         sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
    2. Tipe A/M atau W/O
        Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh : Cold cream
        Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

   C. .Bahan-Bahan Penyusun Krim
         a.  Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
              1.    Zat berkhasiat
              2.    Minyak
              3.    Air
              4.    Pengemulsi
        Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.               b. Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
            1. Zat pengawet untuk meningkatkan stabilitas sediaan
           Bahan pengawer sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel paraben 0,02 – 0,05 %.
       2. Pendapar untuk mempertahankan PH sediaan
       3.      Pelembab
       4. Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

   D. Kelebihan & Kekurangan Sediaan Krim
        a. Kelebihan
    1. Mudah menyebar rata
    2. Praktis
    3. Mudah dibersihkan atau dicuci
    4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
    5. Tidak lengket terutama tipe m/a
    6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
    7. Digunakan sebagai kosmetik
    8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
       b.         Kekurangan
        1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
        2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
        3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.

   E.   Morfologi Lidah Buaya
    Lidah Buaya merupakan sejenis tumbuhan yang merupakan salah satu spesies dari tanaman lilieceae, Lidah buaya sudah dikenal sejak jaman mesir kuno sejak beberapa ribu tahun yang lalu dan dipakai sebagai obat penyubur rambut, penyembuh luka, dan juga sebagai perawatan kulit. Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat Afrika. Lidah buaya memiliki nama latin Aloe Vera atau Aloe barbadensis Milleer.
          Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian.
          Bersamaan dengan perkembangan dari ilmu dan pengetahuan dan teknologi, pemakaian tanaman lidah buaya berkembang dan digunakan untuk bahan baku industri farmasi dan kosmetika, dan juga untuk bahan makanan dan minuman kesehatan.
        Umumnya, lidah buaya adalah satu dari 10 tipe tanaman terlaris didunia yang memiliki potensi untuk bisa dikembangkan sebagai tanaman obat dan juga bahan baku industri.
          Lebih dari 350 jenis yang tersebar di seluruh dunia, selain itu lidah buaya hasil persilangan juga banyak. Di dunia, ada tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial yaitu, Aloe vera (Aloevera barbadensis Miller), (Aloe ferox Miller), Aloe very Barker. Dari ketiga tersebut yang paling banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloevera barbadensis Miller, karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya tahan hama, ukuran lebih panjang bisa mencapai 121 cm, berat perbatang bisa mencapai 4 kg, mengandung 75 kg, dan aman dikonsumsi. Sementara itu, di Asia termasuk di Indonesia yang paling banyak di kembangkan yaitu lidah buaya jenis Aloe Chinesis Baker. Jenis ini diindonesia sudah dikembangkan secara komersial di Kalimantan Barat yang dikenal dengan sebutan Lidah Buaya Pontianak.

                                                Gambar 1. Lidah Buaya (Aloe Vera)

   F. Klasifikasi Lidah Buaya
                  Kingdom         : Plantae
Divisi               : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Bangsa            : Liliales
Suku                : Liliaceae 8
Marga              : Aloe
Jenis                : Aloe vera (Hutapea, 1993)

   G. Senyawa Metabolisme Sekunder Pada Lidah Buaya (Aloe Vera)
       a. Flavonoid
         Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan hijau dan memiliki senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Dalam lidah buaya ini flavonoid berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan dapat menghambat pendarahan pada kulit. 
      Flavanoid merupakan senyawa polar sehingga akan larut dalam pelarut polar etanol, metanol, butanol, aseton. Adanya gula yang terikat pada flavanoid cenderung menyebabkan flavanoid lebih mudah larut dalam air Sebaliknya, aglikogen yang kurang polar cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Sukadana, 2009).                                                                              b. Tanin
           Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol kompleks. Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian yang spesifik tanaman seperti daun, buah, akar dan batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk kristal (Robert,1997). Tanin biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam organik yang polar. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor dan enzim (Harborne, 1987). Teori lain menyebutkan bahwa tanin mempunyai daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penutupan pori-pori kulit, menghentikan pendarahan yang ringan (Anief, 1997).                                                                                                                              c. Saponin
       Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir (Robert, 1997). Efek saponin berdasarkan sistem fisiologis meliputi aktivitas pada sistem kardiovaskular dan aktivitas pada sifat darah (hemolisis, koagulasi, kolesterol), sistem saraf pusat, sistem endokrin, dan aktivitas lainnya. Saponin mampu berikatan dengan kolesterol, sedangkan saponin yang masuk kedalam saluran cerna tidak diserap oleh saluran pencernaan sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat keluar dari saluran cerna. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh dapat berkurang.    d. Polifenol
      Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion ion logam. Kelompok tersebut sangat mudah larut dalam air dan lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C dan E (Anief, 1997). 12 
     e. Steroid
        Steroid merupakan bagian yang penting dari senyawa organik dan seringkali berfungsi sebagai nukleus. Salah satu jenis steroid, yakni kolesterol mempunyai peranan yang vital bagi fungsi-fungsi selular dan menjadi substrat awal bagi vitamin yang larut dalam lemak, dan hormon steroid. Steroid sebagai anti inflamasi, bersifat antiseptik dan penghilang rasa sakit.

    H. Manfaat Lidah Buaya
     a. Manfaat Lidah Buaya Untuk Kesehatan
     1. Mengurangi gula dalam darah
           Lidah buaya mengandung aloe emodin, yaitu sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta yang bermanfaat untuk mengurangi rasio gula darah.
       Di dalam pengobatan tradisional India, daun lidah buaya sering digunakan untuk mengurangi glukosa darah (gula dalam darah) pada seseorang yang menderita diabetes. 
    2. Obat antiseptik & obat luka bakar
          Bagian daun dan akar dari lidah buaya mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan bagian daun lidah buaya mengandung tanin dan polifenol.
      Saponin berfungsi sebagai pembersih yang sangat berguna untuk menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin bisa digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptic.
    3. Obat pencahar
        Lidah buaya lateks mengandung molekul dengan efek pencahar yang kuat (anthranoids), yang sangat efektif untuk mengatasi sembelit.                                                                              4. Regenerasi kulit
         Karena lidah buaya tinggi akan antioksidan (flavonoid, vitamin C, beta-karoten), maka dari itu lidah buaya juga memiliki efek anti-penuaan atau membantu regenerasi jaringan kulit.
         Selain itu lidah buaya juga bisa memudarkan bekas luka dan garis-garis putih atau merah pada masa kehamilan atau strecth mark, merawat luka kecil akibat teriris pisau dan tergores serta memudarkan bintik-bintik kehitaman pada kulit.                                                                               
     5.  Membantu pencernaan
          Gel lidah buaya mampu mengusir dan membinasakan racun dan bahan asing lainnya yang biasanya menempel pada usus.
     Racun dan benda asing yang menempel pada usus sangatlah berbahaya sebab mengakibatkan akumulasi limbah sehingga dapat memblokir saluran usus dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.                                                                                                  
     b. Manfaat Lidah Buaya Untuk Kecantikan
          Lidah buaya banyak dipergunakan pada berbagai produk kosmetik, seperti krim, lotion, atau sabun. Kandungan lidah buaya di dalam produk kosmetik tersebut membantu meningkatkan kadar oksigen yang berguna bagi kulit, membantu menguat­kan jaringan kulit sehingga tidak mengendur, serta mem­bantu mencegah penuaan dini.

   I. Luka Bakar
          Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).
        Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
           Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro magnetic. (Effendi. C, 1999).
         Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.

   J. Penyebab Luka Bakar
         Menurut Wong 2003, luka bakar dapat disebabkan oleh ;
      1. Panas : basah (air panas, minyak), kering (uap, metal, api)
      2.Kimia : Asam kuat seperti Asam Sulfat, basa kuat seperti Natrium Hidroksida
      3. Listrik : Voltage tinggi, petir
      4. Radiasi : termasuk X-ray

   K. Tanda dan Gejala Luka Bakar
           Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :                               1. Grade I  (9%)
            Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.                                                                                         2. Grade II (2 X 9%)
        Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.  3.Grade III (4 X 9%)
        Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

   L. Perhitungan Luas Luka Bakar
         Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis, digunakan kartu luka bakar dengan cara LUND & BROWDER. 
       Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski dan Tennison dari WALLACE :
1. Kepala dan leher : 9%
     2. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)
     3. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)
     4.Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
     5. Perineum dan genitalia : 1%
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas tubuh.
Perhitungan luas luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area
0
1
5
10
15
dws
A : 1/2 bagian kepala
9,5
8,5
6,5
5,5
4,5
3,5
B : 1/2 bgn tungkai atas
2,75
3,25
4
4,25
4,5
4,75
C : 1/2 bgn tungkai bawah
2,25
2,25
2,75
3
3,25
3,5

   M. Patofisiologi
        Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosterone meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

    N. Penatalaksanaan Pengobatan Luka Bakar
        Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999) 

   O.  Preformulasi
      1. Asam Stearat
            Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses antara lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. larut dalam etanol dan propilen glikol, tidak larut dalam air, memiliki Konsentrasi 1–20%, sebagai pelarut.
        Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Titik lebur asam stearat 69.6 °C dan titik didihnya 361 °C. Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol. Asam stearat merupakan bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku surfaktan, metil ester, maupun sabun dan deterjen melalui reaksi saponifikasi. Produk ini dihasilkan dari reaksi hidrolisis minyak atau lemak dengan air            2. Adeps Lanae
       Adeps lanae adalah Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna kuning muda, setengah bening, dengan bentuk yang menyerupai salep, mempunyai bau yang agak dikenal, Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2xberatnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, sebagai pengemulsi  3. Triethanolamine
           Triethanolamin merupakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan kedua cairan tersebut sehingga bersifat sebagai surfaktan. (Muryati dan Kurniawan, 2006) Fungsi lain dari Triethanolamin tersebut adalah menstabilkan tingkat pH, Kelarutan dalam etanol 95% larut, methanol larut, air larut.
    4. Parafin liquid
        Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna, hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88 (selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10 mm). kekentalan 10 -12°. Parafin liquid apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih, bila parafin liquid dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Parafin liquid dipanaskan pada suhu 60° dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang, maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Parafin liquid tidak dapat larut dalam air.
    5.      Aquadest
        Aquadest ini merupakan H2O murni, Karena sifatnya yang murni ini, aquadest (suling) sering digunakan dalam laboratorium untuk menghindari kontaminasi zat maupun galat-galat yang akan ditimbulkan dalam penelitian.
    6. Nipagin
         Memiliki berat molekul 152,15, berfungsi sebagai antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%, berbentuk kristal putih, tidak berbau, panas, Kelarutannya dalam etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400.

    P. Evaluasi Sediaan Krim
     1. Organoleptis
         Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sediaan, konsistensi pelaksanaan menggunakan subjek responden (dengan kriteria teertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujiannya (macam dan item), menghitung presentase masing-masing kriteria yang diperoleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
    2. Evaluasi Ph
       Menggunakan alat Ph meter, dengan cara perbandingan 60g : 200ml air yang digunakan untuk mengencerkan, kemudian diaduk hingga gomogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang diukur denga Ph meter, catat hasil yang tertera pada alat Ph meter. 
    3. Evaluasi daya sebar
       Dengan cara sejumlah zat tertentu diletakan diatas kaca yang berskala, kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, dan di tinggkatkan bebannya, dan diberi rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan itu berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).
    4. Evaluasi penentuan ukuran droplet
     Untuk menentukann ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop dengan di teteskan pada objek glass, kemudian di periksa adanya tetesan-tetesan pase dalam ukuran dan penyebaran nya.
    5. Evaluasi uji aseptabilitas krim
      Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner dibuat suatu kriteria, kemudian dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudian pencucian, kemudian dari data tersebut dibuat skoring untuk masing-masing kriteria misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut. 



BAB III
METODOLOGI
A.    Diskripsi Penelitian
1.    Objek
Yang menjadi objek pada tugas makalah ini adalah krim.
2.      Tempat       
Tempat yang digunakan untuk membuat krim yaitu dilaboratorium sekolah tinggi farmasi muhammadiyah tangerang.
3.      Waktu
Pembuatan krim dilakukan pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 08.00-11.00 WIB.
4.    Subjek
Subjek yang digunakan pada makalah ini adalah lidah buaya (Aloe Vera).

B.     Alat dan Bahan
a.       Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan krim ini adalah pisau, blender, timbangan digital, batang pengaduk, kertas saring, kain kasa dan wadah.
b.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakan berupa lidah buaya (Aloe Vera), asam stearate, trietanolamin, adeps lanae, paraffin liquid, nipagin, nipasol dan aquadest.
21


C. Formulasi
Tabel 1. Formula Basis Krim

NO

Nama Bahan

Satuan
Formula
I
II
1
Asam Stearat
g
14,5
14,5
2
Trietanolamin
ml
1,5
1,5
3
Adeps lanae
ml
3
3
4
Paraffin liquidum
ml
-
20
5
Nipagin
g
0,1
0,1
6
Aquades
ml
100
100
(farida et al, 2011)

a.         Penimbangan
Tabel 2. Penimbangan Formula I
NO
Nama Bahan
Formula
I
Penimbangan
1
Asam Stearat
14,5 g
145 g
2
Trietanolamin
1,5 ml
15 ml
3
Adeps lanae
3 g
30 g
4
Paraffin liquidum
-
-
5
Nipagin
0,1 g
10 g
6
Aquades
Add 100 ml
Add 1000 ml

Tabel 3. Penimbangan Formula II
NO
Nama Bahan
Formula
II
Penimbangan
1
Asam Stearat
14,5 g
145 g
2
Trietanolamin
1,5 ml
15 ml
3
Adeps lanae
3 g
30 g
4
Paraffin liquidum
20 ml
200 ml
5
Nipagin
0,1 g
10 g
6
Aquades
Add 100 ml
Add 1000 ml

b.    Fungsi Bahan
Tabel 4. Fungsi Bahan
No
Nama Bahan
Fungsi
1
Asam Stearate
Minyak
2
Trietanolamin
Pendapar
3
Adeps Lanae
Pengemulsi
4
Paraffin Liquidum
Pelembab
5
Nipagin
Antioksidan
6
Nipasol
Cairan Pembawa

Tabel 5. Formula krim ekstrak lidah buaya
No
Bahan
FI
FII
1
Ekstrak lidah buaya
10%
15%
2
Basis krim
100
100

Krim dibuat dengan cara : dituangkan ekstrak lidah buaya 10% dan 15% ke dalam cawan porselin yang berisi 100 g krim, digerus pelan-pelan sampai homogen.

D.    Rancangan Penelitian
a.    Cara Kerja
1.    Menimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.
2.     Fase minyak yaitu asam stearat, paraffin liquid, adeps lanae dipindahkan dalam cawan porselin, dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 700C sampai lebur.
3.    Fase air yaitu Trietanolamin dan akuades, dipanaskan di atas hot plate pada suhu 7000C sampai lebur.
4.    Fase air dimasukkan secara perlahan lahan ke dalam fase minyak kemudian tambahkan nipasol dan nipagin dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim yang homogen.
5.  Krim dibuat dengan cara dituangkan ekstrak lidah buaya 10% dan 15% ke dalam cawan porselin yang berisi 100 g krim, digerus pelan-pelan sampai homogen.

b.    Pengujian Efek Krim Lidah Buaya
Pengujian efek krim diujikan pada 4 mencit.
1.    Pada penelitian ini luka bakar pada mencit dilakukan dengan menempelkan soldier dengan panjang ±1 cm
2.    Pada kulit yang mengalami luka bakar tersebut dioleskan formula krim 3 kali sehari untuk masing-masing formula
3.    kemudian dilakukan pengamatan setiap hari untuk melihat efek yang terjadi
4.    Parameter yang diamati adalah hilangnya luka.





BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN

                          Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan, yaitu :
1. Krim adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI, 1995).
2. Kandungan kimia yang terdapat pada lidah buaya (Aloe Vera) yaitu : flavonoid, tanin, saponin, polifenol dan steroid. Sedangkan yang berperan sebagai obat luka bakar yaitu saponin karena mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik (Harborne, 1987).  
3. Formulasi yang digunakan untuk pembuatan krim yaitu asam stearat, trietanolamin, adeps lanae, paraffin liquid, nipagin, nipasol, dan aquades.
4. Evaluasi sediaan krim meliputi : organoleptis, evaluasi pH, evaluasi daya sebar, evaluasi penentuan ukuran droplet dan uji aseptabilitas krim.



DAFTAR PUSTAKA

Rini, M., 2013, Formulasi Krim Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (curcuma
longa Lion) Dengan Variasi  Basis Adeps Lanae.Tangerang : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah
tanggal 1 Maret 2016/ 20.00 WIB
tanggal 1 Maret 2016/ 20.00 WIB
Ancel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed. 4, Alih
Bahasa oleh Farida Ibrahim, Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Robert, H.D. 1997. Aloe Vera: A Scientific A pproach. Vantage Press, Inc.
New York.
Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe Vera) Sebagai Bahan Baku
Industry. Warta IHP. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP). Bogor.