MAKALAH
TEKNOLOGI FARMASI
Formulasi Sediaan
Krim Dari Lidah Buaya Sebagai Obat Luka Bakar
(Diajukan
sebagai salah satu syarat guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi farmasi)
Oleh
:
1. Andri
Ramadhan (01403003)
2. Risna
Herwanto (014030034)
3. Dedi
Herizal (014030048)
4. Nelly
Afrianty (014030029)
5. Tia
Widianti (014030042)
SEKOLAH TINGGI
FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jln. Bhakti
Manunggal Rangkasbitung (Tlp. 0252-205884)
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Formulasi Sediaan Krim Dari Lidah
Buaya (Aloe vera) Sebagai Obat Luka
Bakar
Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi farmasi. Disusun Oleh :
1. Andri Ramadhan
2. Risna Herwanto
3. Dedi Herizal A
4.Nelly Afrianty
5.Tia Widianti
Disetujui Oleh :
Dosen Mata Kuliah
Endang
Sunariyanti, S.Farm M.Sc
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas mata
kuliah teknologi farmasi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
diberi judul “Formulasi
Sediaan Krim Dari Lidah Buaya (Aloe vera)
Sebagai Obat Luka Bakar”.
Tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk melengkapi
salah satu tugas mata kuliah teknologi farmasi pada Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi
Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas ini, diantaranya :
1. Endang Sunariyanti,
S.Farm, M.Sc selaku dosen mata kuliah teknologi farmasi dan dosen pembimbing.
2.
Seluruh dosen
dan staf karyawan Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
Semoga bantuan
dan dukungan yang diberikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan pahala dari
Allah SWT.
Penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
selanjutnya.
Akhirnya semoga
tugas ini dapat bermanfaat, dan menjadi dasar untuk menghasilkan
makalah-makalah berikutnya dalam rangka pengembangan ilmu dan wawasan yang
lebih luas.
Rangkasbitung, 2 Maret
2016
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
C. Tujuan Makalah................................................................................................... 4
D. Manfaat Makalah................................................................................................. 4
BAB
II TINJAU PUSTAKA
A. Pengertian Krim................................................................................................... 5
B Penggolongan Krim............................................................................................... 5
C. Bahan-Bahan Penyusun Krim............................................................................ 6
D.Kekurangan dan Kelebihan Sediaan
Krim........................................................ 7
E. Morfologi Lidah Buaya........................................................................................ 7
F. Klasifikasi Lidah Buaya....................................................................................... 9
G. Senyawa Metabolisme Sekunder
Pada Lidah Buaya....................................... 9
H.Manfaat Lidah Buaya.......................................................................................... 11
I. Luka Bakar........................................................................................................... 13
J. Penyebab Luka Bakar......................................................................................... 13
K. Tanda dan Gejala Luka Bakar.......................................................................... 14
L. Perhitungan Luas Luka Bakar.......................................................................... 14
M. Patofisiologi......................................................................................................... 16
N. Penatalaksanaan Pengobatan Luka
Bakar....................................................... 17
O. Preformulasi......................................................................................................... 18
P. Evaluasi Sediaan Krim........................................................................................ 19
BAB
III METODOLOGI
A. Diskripsi Penelitian.............................................................................................. 21
B. Alat dan Bahan.................................................................................................... 21
C. Formulasi.............................................................................................................. 22
D. Rancangan Penelitian.......................................................................................... 24
BAB
IV PENUTUP HASIL DAN KESIMPULAN............................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan ilmu
pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih saat ini tidak
dapat dapat mengesampingkan obat alami. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat
obat alami. Selain itu, masih banyak kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat alami untuk
pengobatan tertentu (Dalimartha, 2000).
Tanaman lidah buaya
tergolong keluarga Liliaceae, mempunyai potensi yang cukup besar sebagai
bahan baku obat alami. Peluang tanaman obat saat ini semakin besar, sehingga
kecenderungan masyarakat untuk beralih ke bahan-bahan alami. Bahan alami
berpeluang untuk menjadi komoditas perdagangan yang besar. Tumbuhan lidah buaya
yang berasal dari Afrika ini mempunyai lebih dari 300 jenis. Spesies-spesies
dari genus Aloe yang komersil antara lain Aloe barbadansis, Aloe
perryl dan Aloe ferox. Spesies Aloe barbadansis atau sering
disebut Aloe vera memiliki potensi tertinggi sebagai bahan baku farmasi
(Suryowidodo, 1988).
Dalam lidah buaya ini
mengandung berbagai zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, salah
satunya untuk penyembuhan luka bakar.
Luka bakar
(combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan
berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang
bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari
refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak
mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh
pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan
hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik
dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi
secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat
mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2
pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin
serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering
didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar,
pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga
timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih
lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh
tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan
secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan
albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang
sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar,
pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga
timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosterone meningkat. Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah
dengan memberikan terapi lokal dengan tujuan mendapatkan kesembuhan secepat
mungkin, sehingga jumlah jaringan fibrosis yang terbentuk akan sedikit dan
dengan demikin mengurangi jaringan parut. Diusahakan pula pencegahan terjadinya
peradangan yang merupakan hambatan paling besar terhadap kecepatan penyembuhan
(Ancel, 1989).
Berdasarkan hasil uji penelitian salah satu
mahasiswa universitas negeri semarang yaitu Rizki aris wijaya pada tahun 2013 hasil
pemeriksaan identifikasi fitokimia
ekstrak lidah buaya positif mengandung tanin, fenol, dan saponin. Pada pH krim
ekstrak lidah buaya hasil pemeriksaan pH krim diperoleh pH berkisar antara 5 –
6, jadi aman untuk digunakan pada kulit manusia karena pH kulit berkisaran
antara 4,2 – 6,5. Ekstrak lidah buaya dan VCO yang diformulasikan dalam bentuk
krim stabil dalam waktu 8 minggu penyimpanan. Hasil uji luka bakar dari ekstrak
lidah buaya menunjukkan efek sebagai obat luka bakar dimana terlihat proses
penyembuhan yang ditandai dengan pengurangan luka yang lebih cepat pada luka
mencit dengan diameter ±1 cm. Pada penelitian ini formula FIB lebih cepat
menyembuhkan luka pada 8 hari dari pada formula FOB dalam waktu 9 hari, formula
F1A 12 hari dan FOA sembuh pada hari ke 14. Formula F1B menandakan waktu
tercepat dalam penyembuhan luka bakar dengan waktu 8 hari.
Selain itu, krim
dipilih karena sediaan ini mempunyai keuntungan diantaranya mudah dioleskan
pada kulit, mudah dicuci setelah dioleskan, krim dapat digunakan pada kulit
dengan luka yang basah, dan terdistribusi merata.
Berdasarkan kondisi
faktual dan konsepsi pemikiran diatas, penyusun tertarik untuk membuat makalah
dengan judul “Formulasi Sediaan Krim
Dari Lidah Buaya Sebagai Obat Luka Bakar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan krim ?
2.
Apakah kandungan
kimia yang terdapat pada lidah buaya ?
3.
Bagaimana formulasi
krim lidah buaya sebagai obat luka bakar ?
4.
Bagaimana hasil
evaluasi sediaan krim ?
C. Tujuan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka
tujuan yang diperoleh adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan krim.
2. Untuk mengetahui apa saja kandungan kimia yang
terdapat pada lidah buaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana formulasi krim lidah buaya sebagai obat luka
bakar.
4. Untuk mengetahui hasil evaluasi sediaan krim.
D. Manfaat Makalah
1. Memberi
informasi tentang kandungan dari lidah buaya.
2. Memberikan
informasi tentang manfaat lidah buaya.
3. Memberika
informasi tentang formulasi krim lidah buaya sebagai obat luka bakar.
4. Memberi
informasi tentang hasil evaluasi sediaan krim
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Krim
Menurut formularium nasional krim adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%,
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar
yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam
air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan
kosmetika (Depkes RI, 1995).
B. Penggolongan
Krim
Krim
terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam
lemak atau alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada 2 tipe krim, yaitu
:
1.Tipe M/A
atau O/W
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan
untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream
Krim m/a (vanishing cream) yang
digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering
menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil)
yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan
kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular. Contoh : vanishing cream.
sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Tipe A/M
atau W/O
Krim berminyak mengandung zat
pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam
lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal Ca. Krim A/M
dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat,
dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh : Cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai
krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung
mineral oil dalam jumlah besar.
C. .Bahan-Bahan
Penyusun Krim
a. Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
1.
Zat
berkhasiat
2.
Minyak
3.
Air
4.
Pengemulsi
Bahan
pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol,
trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG. b. Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
1. Zat
pengawet untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Bahan
pengawer sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel paraben
0,02 – 0,05 %.
2. Pendapar untuk
mempertahankan PH sediaan
3.
Pelembab
4. Antioksidan untuk
mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
D. Kelebihan
& Kekurangan Sediaan Krim
a. Kelebihan
1. Mudah
menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah
dibersihkan atau dicuci
4. Cara
kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak
lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan
rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan
sebagai kosmetik
8. Bahan
untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
b.
Kekurangan
1. Susah
dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Mudah
pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah
kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan.
E.
Morfologi Lidah Buaya
Lidah
Buaya merupakan sejenis tumbuhan
yang merupakan salah satu spesies dari tanaman lilieceae, Lidah buaya sudah
dikenal sejak jaman mesir kuno sejak beberapa ribu tahun yang lalu dan
dipakai sebagai obat penyubur rambut, penyembuh luka, dan juga sebagai
perawatan kulit. Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary di
sebelah barat Afrika. Lidah buaya memiliki nama latin Aloe Vera atau Aloe barbadensis
Milleer.
Tanaman ini sudah digunakan bangsa
Samaria sekitar tahun 1875 SM. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah
buaya sebagai obat sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir
kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian.
Bersamaan dengan perkembangan dari
ilmu dan pengetahuan dan teknologi, pemakaian tanaman lidah buaya berkembang
dan digunakan untuk bahan baku industri farmasi dan kosmetika, dan juga untuk
bahan makanan dan minuman kesehatan.
Umumnya, lidah buaya adalah satu
dari 10 tipe tanaman terlaris didunia yang memiliki potensi untuk bisa
dikembangkan sebagai tanaman obat dan juga bahan baku industri.
Lebih dari 350 jenis yang tersebar
di seluruh dunia, selain itu lidah buaya hasil persilangan juga banyak. Di
dunia, ada tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial yaitu, Aloe vera (Aloevera barbadensis Miller),
(Aloe ferox Miller), Aloe very Barker. Dari ketiga tersebut yang paling
banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloevera
barbadensis Miller, karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya tahan
hama, ukuran lebih panjang bisa mencapai 121 cm, berat perbatang bisa mencapai
4 kg, mengandung 75 kg, dan aman dikonsumsi. Sementara itu, di Asia termasuk di
Indonesia yang paling banyak di kembangkan yaitu lidah buaya jenis Aloe Chinesis Baker. Jenis ini
diindonesia sudah dikembangkan secara komersial di Kalimantan Barat yang
dikenal dengan sebutan Lidah Buaya Pontianak.
Gambar
1. Lidah Buaya (Aloe Vera)
F. Klasifikasi
Lidah Buaya
Kingdom :
Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae 8
Marga
: Aloe
Jenis : Aloe vera (Hutapea, 1993)
G. Senyawa
Metabolisme Sekunder Pada Lidah Buaya (Aloe
Vera)
a. Flavonoid
Flavanoid merupakan
salah satu golongan fenol alam yang terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan
hijau dan memiliki senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau,
kecuali alga. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana
(C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Dalam lidah buaya ini flavonoid
berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan dapat menghambat pendarahan
pada kulit.
Flavanoid merupakan
senyawa polar sehingga akan larut dalam pelarut polar etanol, metanol, butanol,
aseton. Adanya gula yang terikat pada flavanoid cenderung menyebabkan flavanoid
lebih mudah larut dalam air Sebaliknya, aglikogen yang kurang polar cenderung
lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Sukadana, 2009). b. Tanin
Tanin merupakan senyawa
organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol kompleks. Tanin tersebar
dalam setiap tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya
berada pada bagian yang spesifik tanaman seperti daun, buah, akar dan batang.
Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang
sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk kristal (Robert,1997). Tanin
biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut
dalam organik yang polar. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan menghambat
pertumbuhan tumor dan enzim (Harborne, 1987). Teori lain menyebutkan bahwa
tanin mempunyai daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan
bakteri atau jamur berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penutupan
pori-pori kulit, menghentikan pendarahan yang ringan (Anief, 1997). c. Saponin
Saponin adalah jenis
glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik
berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan
terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin
serta iritasi pada selaput lendir (Robert, 1997). Efek saponin berdasarkan
sistem fisiologis meliputi aktivitas pada sistem kardiovaskular dan aktivitas
pada sifat darah (hemolisis, koagulasi, kolesterol), sistem saraf pusat, sistem
endokrin, dan aktivitas lainnya. Saponin mampu berikatan dengan kolesterol,
sedangkan saponin yang masuk kedalam saluran cerna tidak diserap oleh saluran
pencernaan sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat keluar dari
saluran cerna. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh dapat
berkurang. d. Polifenol
Polifenol merupakan
senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan
fenolik biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada
makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan
pengikat radikal bebas dari rusaknya ion ion logam. Kelompok tersebut sangat
mudah larut dalam air dan lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C dan E
(Anief, 1997). 12
e. Steroid
Steroid merupakan bagian
yang penting dari senyawa organik dan seringkali berfungsi sebagai nukleus.
Salah satu jenis steroid, yakni kolesterol mempunyai peranan yang vital bagi
fungsi-fungsi selular dan menjadi substrat awal bagi vitamin yang larut dalam
lemak, dan hormon steroid. Steroid sebagai anti inflamasi, bersifat antiseptik
dan penghilang rasa sakit.
H. Manfaat
Lidah Buaya
a. Manfaat
Lidah Buaya Untuk Kesehatan
1. Mengurangi
gula dalam darah
Lidah
buaya mengandung aloe emodin, yaitu sebuah senyawa organik dari golongan
antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap
insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju
sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta yang
bermanfaat untuk mengurangi rasio gula darah.
Di
dalam pengobatan tradisional India, daun lidah buaya sering digunakan untuk
mengurangi glukosa darah (gula dalam darah) pada seseorang yang menderita
diabetes.
2. Obat
antiseptik & obat luka bakar
Bagian
daun dan akar dari lidah buaya mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan
bagian daun lidah buaya mengandung tanin dan polifenol.
Saponin
berfungsi sebagai pembersih yang sangat berguna untuk menyembuhkan luka
terbuka, sedangkan tanin bisa digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi
luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan
polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptic.
3. Obat
pencahar
Lidah
buaya lateks mengandung molekul dengan efek pencahar yang kuat (anthranoids),
yang sangat efektif untuk mengatasi sembelit. 4. Regenerasi
kulit
Karena
lidah buaya tinggi akan antioksidan (flavonoid, vitamin C, beta-karoten), maka
dari itu lidah buaya juga memiliki efek anti-penuaan atau membantu regenerasi
jaringan kulit.
Selain
itu lidah buaya juga bisa memudarkan bekas luka dan garis-garis putih atau
merah pada masa kehamilan atau strecth mark, merawat luka kecil akibat teriris
pisau dan tergores serta memudarkan bintik-bintik kehitaman pada kulit.
5. Membantu
pencernaan
Gel
lidah buaya mampu mengusir dan membinasakan racun dan bahan asing lainnya yang
biasanya menempel pada usus.
Racun
dan benda asing yang menempel pada usus sangatlah berbahaya sebab mengakibatkan
akumulasi limbah sehingga dapat memblokir saluran usus dan mengurangi kemampuan
tubuh untuk menyerap nutrisi.
b. Manfaat Lidah Buaya Untuk Kecantikan
Lidah buaya
banyak dipergunakan pada berbagai produk kosmetik, seperti krim, lotion, atau
sabun. Kandungan lidah buaya di dalam produk kosmetik tersebut membantu
meningkatkan kadar oksigen yang berguna bagi kulit, membantu menguatkan
jaringan kulit sehingga tidak mengendur, serta membantu mencegah penuaan dini.
I. Luka
Bakar
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama
kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan
oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari
sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan
radiasi elektro magnetic. (Effendi. C, 1999).
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.
J. Penyebab
Luka Bakar
Menurut Wong 2003, luka bakar dapat disebabkan oleh
;
1. Panas
: basah (air panas, minyak), kering (uap, metal, api)
2.Kimia
: Asam kuat seperti Asam Sulfat, basa kuat seperti Natrium Hidroksida
3. Listrik
: Voltage tinggi, petir
4. Radiasi
: termasuk X-ray
K. Tanda
dan Gejala Luka Bakar
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala
pada luka bakar adalah : 1. Grade
I (9%)
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit
kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan
parut. 2. Grade
II (2 X 9%)
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan
dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau
nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan
basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi
infeksi. 3.Grade
III (4 X 9%)
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada,
luka merah keputih putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan
merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong
juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).
L. Perhitungan
Luas Luka Bakar
Luas luka
bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace.
Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak
mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis,
digunakan kartu luka bakar dengan cara LUND & BROWDER.
Perhitungan
luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski dan
Tennison dari WALLACE :
1. Kepala dan leher : 9%
2. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan
kanan)
3. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri
dan kanan)
4.Dada, perut, punggung, bokong : 4 x
9%
5. Perineum dan genitalia : 1%
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan
menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan
= 1% luas tubuh.
Perhitungan
luas luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area
|
0
|
1
|
5
|
10
|
15
|
dws
|
A
: 1/2 bagian kepala
|
9,5
|
8,5
|
6,5
|
5,5
|
4,5
|
3,5
|
B
: 1/2 bgn tungkai atas
|
2,75
|
3,25
|
4
|
4,25
|
4,5
|
4,75
|
C
: 1/2 bgn tungkai bawah
|
2,25
|
2,25
|
2,75
|
3
|
3,25
|
3,5
|
M. Patofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat
terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah
terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika,
jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam
beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung
akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta
pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami
gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat,
sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh
darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun
yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12
jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume
darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat
hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma
lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa
menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus
mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan
aldosterone meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan
kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar
dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang,
dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya
merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah
luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami
penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron
meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan
natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih
dikonsentrasikan secara maksimal.
N. Penatalaksanaan
Pengobatan Luka Bakar
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan
kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin
ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan
pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal.
Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan
psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian
obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan
tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi
penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999)
O. Preformulasi
1. Asam
Stearat
Asam
stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh
dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan
rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses antara lemak hewan dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi
minyak nabati. larut dalam etanol dan propilen glikol, tidak larut dalam air,
memiliki Konsentrasi 1–20%, sebagai pelarut.
Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai
bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet.
Titik lebur asam stearat 69.6 °C dan titik didihnya 361 °C. Reduksi asam
stearat menghasilkan stearil alkohol. Asam stearat merupakan bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku surfaktan, metil ester, maupun sabun dan
deterjen melalui reaksi saponifikasi. Produk ini dihasilkan dari reaksi
hidrolisis minyak atau lemak dengan air 2. Adeps
Lanae
Adeps lanae adalah Cholestolesters yang dibersihkan
dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna kuning muda, setengah bening,
dengan bentuk yang menyerupai salep, mempunyai bau yang agak dikenal, Tidak
larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2xberatnya, agak sukar
larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, sebagai pengemulsi 3. Triethanolamine
Triethanolamin
merupakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan kedua cairan
tersebut sehingga bersifat sebagai surfaktan. (Muryati dan Kurniawan, 2006)
Fungsi lain dari Triethanolamin tersebut adalah menstabilkan tingkat pH,
Kelarutan dalam etanol 95% larut, methanol larut, air larut.
4. Parafin liquid
Campuran
dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh
dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna,
hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88
(selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk
tekanan 10 mm). kekentalan 10 -12°. Parafin liquid apabila didinginkan sampai
5° harus tetap jernih, bila parafin liquid dipanasi dengan spiritus yang
banyaknya sama sehingga mendidih dan dikocok, maka zat cair yang mengandung
spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya
sama, maka reaksinya adalah netral. Parafin liquid dipanaskan pada suhu 60°
dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat
dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang, maka kedua
lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Parafin liquid tidak
dapat larut dalam air.
5.
Aquadest
Aquadest
ini merupakan H2O murni,
Karena sifatnya yang murni ini, aquadest (suling) sering digunakan dalam
laboratorium untuk menghindari kontaminasi zat maupun galat-galat yang akan
ditimbulkan dalam penelitian.
6. Nipagin
Memiliki
berat molekul 152,15, berfungsi sebagai antimikroba untuk sediaan topikal
0,02%-0,3%, berbentuk kristal putih, tidak berbau, panas, Kelarutannya dalam
etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400.
P. Evaluasi
Sediaan Krim
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca
indra, mulai dari bau, warna, tekstur sediaan, konsistensi pelaksanaan
menggunakan subjek responden (dengan kriteria teertentu) dengan menetapkan
kriterianya pengujiannya (macam dan item), menghitung presentase masing-masing
kriteria yang diperoleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi Ph
Menggunakan alat Ph meter, dengan cara
perbandingan 60g : 200ml air yang digunakan untuk mengencerkan, kemudian diaduk
hingga gomogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang diukur denga Ph
meter, catat hasil yang tertera pada alat Ph meter.
3. Evaluasi daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu
diletakan diatas kaca yang berskala, kemudian bagian atasnya diberi kaca yang
sama, dan di tinggkatkan bebannya, dan diberi rentang waktu 1-2 menit. Kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan itu
berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).
4. Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukann ukuran droplet suatu sediaan
krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop dengan di
teteskan pada objek glass, kemudian di periksa adanya tetesan-tetesan pase
dalam ukuran dan penyebaran nya.
5. Evaluasi uji aseptabilitas krim
Dilakukan
pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner dibuat suatu
kriteria, kemudian dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudian
pencucian, kemudian dari data tersebut dibuat skoring untuk masing-masing
kriteria misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
BAB
III
METODOLOGI
A.
Diskripsi
Penelitian
1. Objek
Yang
menjadi objek pada tugas makalah ini adalah krim.
2. Tempat
Tempat
yang digunakan untuk membuat krim yaitu dilaboratorium sekolah tinggi farmasi
muhammadiyah tangerang.
3. Waktu
Pembuatan
krim dilakukan pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 08.00-11.00 WIB.
4. Subjek
Subjek
yang digunakan pada makalah ini adalah lidah buaya (Aloe Vera).
B.
Alat
dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam pembuatan krim ini adalah pisau, blender, timbangan digital, batang
pengaduk, kertas saring, kain kasa dan wadah.
b. Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan berupa lidah buaya (Aloe
Vera), asam stearate, trietanolamin, adeps lanae, paraffin
liquid, nipagin, nipasol dan aquadest.
C. Formulasi
Tabel
1. Formula Basis Krim
NO
|
Nama Bahan
|
Satuan
|
Formula
|
I
|
II
|
1
|
Asam Stearat
|
g
|
14,5
|
14,5
|
2
|
Trietanolamin
|
ml
|
1,5
|
1,5
|
3
|
Adeps lanae
|
ml
|
3
|
3
|
4
|
Paraffin liquidum
|
ml
|
-
|
20
|
5
|
Nipagin
|
g
|
0,1
|
0,1
|
6
|
Aquades
|
ml
|
100
|
100
|
(farida et al,
2011)
a.
Penimbangan
Tabel 2.
Penimbangan Formula I
NO
|
Nama Bahan
|
Formula
I
|
Penimbangan
|
1
|
Asam Stearat
|
14,5
g
|
145
g
|
2
|
Trietanolamin
|
1,5
ml
|
15
ml
|
3
|
Adeps lanae
|
3
g
|
30
g
|
4
|
Paraffin liquidum
|
-
|
-
|
5
|
Nipagin
|
0,1
g
|
10
g
|
6
|
Aquades
|
Add
100 ml
|
Add
1000 ml
|
Tabel 3. Penimbangan
Formula II
NO
|
Nama Bahan
|
Formula
II
|
Penimbangan
|
1
|
Asam Stearat
|
14,5
g
|
145
g
|
2
|
Trietanolamin
|
1,5
ml
|
15
ml
|
3
|
Adeps lanae
|
3
g
|
30
g
|
4
|
Paraffin liquidum
|
20
ml
|
200
ml
|
5
|
Nipagin
|
0,1
g
|
10
g
|
6
|
Aquades
|
Add
100 ml
|
Add
1000 ml
|
b. Fungsi
Bahan
Tabel 4. Fungsi
Bahan
No
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Asam Stearate
|
Minyak
|
2
|
Trietanolamin
|
Pendapar
|
3
|
Adeps Lanae
|
Pengemulsi
|
4
|
Paraffin Liquidum
|
Pelembab
|
5
|
Nipagin
|
Antioksidan
|
6
|
Nipasol
|
Cairan Pembawa
|
Tabel 5. Formula
krim ekstrak lidah buaya
No
|
Bahan
|
FI
|
FII
|
1
|
Ekstrak lidah buaya
|
10%
|
15%
|
2
|
Basis krim
|
100
|
100
|
Krim dibuat dengan cara : dituangkan ekstrak lidah
buaya 10% dan 15% ke dalam cawan porselin yang berisi 100 g krim, digerus
pelan-pelan sampai homogen.
D.
Rancangan
Penelitian
a. Cara
Kerja
1. Menimbang
semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan
menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.
2. Fase minyak yaitu asam stearat, paraffin
liquid, adeps lanae dipindahkan dalam cawan porselin, dipanaskan diatas hot plate
dengan suhu 700C sampai lebur.
3. Fase
air yaitu Trietanolamin dan akuades, dipanaskan di atas hot plate pada
suhu 7000C sampai lebur.
4. Fase
air dimasukkan secara perlahan lahan ke dalam fase minyak kemudian tambahkan
nipasol dan nipagin dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim
yang homogen.
5. Krim dibuat dengan cara dituangkan ekstrak lidah
buaya 10% dan 15% ke dalam cawan porselin yang berisi 100 g krim, digerus
pelan-pelan sampai homogen.
b.
Pengujian
Efek Krim Lidah Buaya
Pengujian
efek krim diujikan pada 4 mencit.
1.
Pada penelitian ini luka bakar pada mencit dilakukan dengan
menempelkan soldier dengan panjang ±1 cm
2.
Pada kulit yang mengalami luka bakar tersebut dioleskan
formula krim 3 kali sehari untuk masing-masing formula
3.
kemudian dilakukan pengamatan setiap hari untuk melihat efek
yang terjadi
4.
Parameter yang diamati adalah hilangnya luka.
BAB
IV
HASIL DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh
kesimpulan, yaitu :
1. Krim adalah
sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan
dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam
air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan
kosmetika (Depkes RI, 1995).
2. Kandungan kimia
yang terdapat pada lidah buaya (Aloe
Vera) yaitu : flavonoid, tanin, saponin, polifenol dan steroid. Sedangkan
yang berperan sebagai obat luka bakar yaitu saponin
karena mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk
menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan
terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar.
Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik (Harborne,
1987).
3. Formulasi yang
digunakan untuk pembuatan krim yaitu asam stearat, trietanolamin, adeps lanae,
paraffin liquid, nipagin, nipasol, dan aquades.
4. Evaluasi sediaan
krim meliputi : organoleptis, evaluasi pH, evaluasi daya sebar, evaluasi
penentuan ukuran droplet dan uji aseptabilitas krim.
DAFTAR
PUSTAKA
Rini,
M., 2013, Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (curcuma
longa Lion) Dengan Variasi Basis Adeps Lanae.Tangerang
: Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah
tanggal
1 Maret 2016/ 20.00 WIB
tanggal
1 Maret 2016/ 20.00 WIB
Ancel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, Ed. 4, Alih
Bahasa oleh Farida Ibrahim, Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Robert, H.D. 1997. Aloe Vera: A Scientific A
pproach. Vantage Press, Inc.
New York.
Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe Vera)
Sebagai Bahan Baku
Industry. Warta IHP. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri
Hasil Pertanian (BBIHP). Bogor.