Laporan Praktikum
Farmasetika II
Pembuatan Tablet Parasetamol dengan
Metode Granulasi Basah
Kelompok
3
Ketua
Kelompok : Tia Widianti (014030042)
Anggota : 1. Siti Iim Ikrimatudin (014030038)
2. Sri Resti Rahayu (014030040)
3. Sulastri Baniaty (014030041)
4. Devi Diantika (014030006)
5. Dewi Meriani (014030007)
Pelaksanaan Praktikum :
Rangkasbitung, 14-15 Desember 2015
Sekolah Tinggi
Farmasi Muhammadiyah Tangerang
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tablet
Menurut
Farmakope edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi.
Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi
warna agar tampak lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan
tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Pemberian etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet
atau zat aktif yang dikandung, dan jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap
tablet.
1.2 Syarat Tablet
Syarat tablet kecuali dinyatakan lain,
tablet harus memenuhi syarat berikut :
1.
Keseragaman ukuran. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Keseragaman
bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut :
Timbang
20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya yang menyimpang dari
bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari bobo rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Jika
tidak mencukupi 20 tablet , dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besa dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom
A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang di tetapkan kolom B.
Bobot rata-rata
|
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
|
|
A
|
B
|
|
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
Lebih dari 300 mg
|
15%
10%
7,5%
5%
|
30%
20%
15%
10%
|
2.
Waktu hancur tablet tidak bersalut
enterik. Alat tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dakam lebih
kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa
kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang.
Keranjang disiapkan searah ditengah-tengah tabung,
diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36’ dan 38’ sebanyak
lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat
dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi
tepat diatas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat
dipermukaan air.
Cara masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, tutun-naikkan
keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika
tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa kecuali fragmen yang
berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain ,waktu yang diperlikan untuk
menghancurkan kelima tablet tidal lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut
selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan
tablet satu persatu kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penentuan. Dengan cara pengujian
ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
Cakram penentuan terdiri dari cakram yang terbuat dari
bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permkaan bawah rata,
permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat. Tiap lubang terdapat
kawat tahan karat diameter 0,445 mm, yang dipasang tegak lurus permukaan
cakramndan dihubungkan dengan cincin penentuan dengan permukaan atas cakram 15
mm. Beda antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penentuan tidak kurang dari 1,9 g
dan tidak lebih dari 2,1 g.
Waktu hancur tablet beralut enteric lakukan pengujian wakt
hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut diatas, air diganti dengan
lebih kurg 25 ml asam klorida 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet
tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera table dengan
air. Gnati larutan asam dengan larutan pH 6,8 , atur suhu antara 36’ dan 38’.
Celupkan keranjang kedalam larutan tersebut, Lanjutkan pengujian sekama 60
menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat, bagian tablet diatas kasa kecuali
fragmen zat penyalut. Jika tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram
penentuan. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
1.3
Komponen
Tablet
Komponen
atau formulasi tablet terdiri atas :
1.
Zat aktif
2.
Eksipien atau bahan tambahan.
a. Bahan
pengisi (diluent)
b. Bahan
pengikat (binder)
c. Bahan
penghancur/pengembang (disintegrant)
d. Bahan
pelican (lubrikan/lubricant)
e. Glidan
f. Bahan
penyalut
3.
Ajuvan
a. Bahan
pewarna
b. Bahan
pengaroma
1.4 Cara Pembuatan Tablet
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara, yaitu
granulasi asah, granulasi kering dan kempa langsung.
a.
Granulasi basah
Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat
khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogeny, lalu dibasahi dengan
larutan bahan pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40o-50oC (tidak
lebih dari 60oC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian dicetak
menjadi tablet dengan mesin tablet.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan
dapat disimpan lebih lama dibanding cara granulasi kering.
b.
Granulasi kering
Granulasi
kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin
hingga menjadi massa serbuk yang homogeny, lalu dikempa cetak pada tekanan
tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partiket
yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan.
Keuntungan granulasi kering, yaitu tidak diperlukan panas
dan kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tablet yang kurang tahan
lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.
c.
Kempa Langsung
Cetak atau kempa langsung dilakukan jika
:
1. Jumlah
zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. Zat
khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing)
3. Zat
khasiat berbentuk Kristal yang bersifat free-flowing
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak
digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa
semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi,
misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.
1.5
Macam-Macam
Kerusakan pada Pembuatan Tablet
1. Blinding
Kerusakan
tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking/picking
Perlekatan
yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada
lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.
3. Whiskering
Terjadi karena
pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisi
yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
4. Splitting/capping
Splitting : lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Capping : Membelahnya tablet dibagian
atas.
5. Mottling
Terjadi karena
zat warna tersebar tidaj merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling
Tablet menjadi
retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan
zat pengikatnya kurang.
BAB II
METODA PERCOBAAN
2.1 Pelaksanaan Praktikum
Hari :
Senin
Tanggal : 14 Desember 2015
Waktu : 13.00-14.30 WIB
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1
Alat
1. Mortar
2. Stemper
3. Penggaris
4. Corong
5. Timbangan analitik
6. Gelas ukur
7. Baskom
8. Ayakan
9. Kain batis
10. Erlenmeyer
11. Penangas air
12. Termometer
13. Sarung tangan
14. Masker
15. Oven
2.2.2
Bahan
1. Paracetamol
2. amilum
3. Talk
4. Mg stearate
5. Avicel pH 102 20%
6. Avicel pH 102 10%
7. Laktosa
8. Aquadest
2.3 Prosedur Pembuatan
1. Pembuatan
Larutan Pengikat : Tuang air kedalam wadah gelas, sambil diaduk suspensikan
kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (950C ) teruskan pengadukan
hingga diperoleh cairan yang jernih.
2. Granulasi
: ayak zat aktif bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur menggunakan
ayakan mesh 30. Tuang zat aktif, bahan pengisi dan penghancur kedalam wadah
baskom. Aduk homogen selama 5 menit. Tambahkan larutan pengikat ( suhu 60 0C
/ hangat ), aduk hingga menjadi massa
yang kompak. Bila perlu dapat ditambahkan air hangat.
3. Granulasi
massa basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk granul yang
baik. Keringkan granulat didalam lemari pengering yang telah dialasi kain batis
pada suhu 40-50 0C semalaman. ( kadar air granul < 5% )
4. Pencampuran
Akhir : ayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12 atau mesh 16.
Masukan granul kedalam kantong plastik. Tambahkan kedalamnya bahan penghancur,
glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastic
selama 5 menit.
5. Evaluasi
Granul
a) Uji
aliran granul : timbang 20-30 g massa, lewatkan kedalam corong. Catat waktu
seluruh massa melewati corong. Lakukan 2x ( duplo ).
b) Uji
pemampatan granul : timbang 20-30 g massa, masukan kedalam gelas ukur. Ketukan
sebanyak 20 kali. Hitung tinggi awal dan akhir massa dalam gelas ukur. Lakukan
2x ( duplo ).
Tinggi awal
c) Hasil
akhir granul (yield) : timbang seluruh massa granul yang telah dibuat.
Berat
teoritis granul
6. Pencetakan
tablet : Cetak granul ke dalam mesin tablet sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Preformulasi
1. Paracetamol
·
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur
putih ; tidak berbau ; rasa pahit
·
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air ,
dalam 7 bagian etanol (95%)P , dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali
hidroksida.
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
, terlindung dari cahaya
·
Khasiat : analgetikun dan antipiretikum
2. Amylum
oryzae / pati beras ( FI. III .93 )
·
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
tidak berbau tidak berasa
·
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
air dingin dan etanol (95%) P
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik,
ditempat kering dan baik
·
Khasiat : zat tambahan
3. Avicel
pH 102
·
Pemerian : bagian lactose
terdepolimeriasasi bentuk putih bersih serbuk kristal tidak berasa
·
Kelarutan : sukar larut di 5%, larutam
sodium hidroksida praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan banyak
pelarut organic
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
4. Lactosa
( FI. III. 338 )
·
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak
berbau rasa agak manis
·
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air,
larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis
tidak larut dalam kloroform p, dan dalam eter P.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Zat tambahan
5. Talkum
( FI. III. 591 )
·
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus,
mudah melekat, bebas dari butiran warna putih, atau putih kelabu.
·
Kelarutan : tidak larut, hamper semua
pelarut
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Zat tambahan
6. Mg
Stearate ( FI. III. 354 )
·
Pemerian : serbuk hablur, putih licin
dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas
·
Kelarutan : praktis, tidak larut dalam
air, dalam etanol (95%) P, dan dalam eter P
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Antasidum, zat tambahan
3.2 Formula Sediaan
Jenis Zat
|
Nama Zat
|
Formula
|
Jumlah Zat per tablet
|
Jumlah Zat per batch
|
Zat
aktif
|
Paracetamol
|
100 mg + 5%
|
105 mg
|
63 g
|
Pengikat
|
Amilum
|
3
%
|
9 mg
|
5,4 g
|
Aqua
|
qs
|
qs
|
qs
|
|
Penghancur
dalam
|
Avicel
Ph 102
|
20%
|
60 mg
|
36 g
|
Pengisi
|
Lactosa
|
qs
|
87,6 mg
|
52,56 g
|
Penghancur
luar
|
Avicel
PH 102
|
10%
|
30 mg
|
18 g
|
Glidan
/ anti
Adheren
|
Talk
|
2%
|
6 mg
|
3,6 g
|
Mg
Stearate
|
0,8
|
2,4 mg
|
1,44 g
|
|
Jumlah
|
300 mg
|
180 g
|
3.3 Tabulasi Data Evaluasi Granul dan
Sediaan Untuk Tiap Percobaan
Evaluasi Granul
1.
Hasil akhir granul (yield) = Berat Akhir Granul X 100%
Berat Teoritis Granul
= 162,36 X 100%
180
= 162,36 X 100%
180
= 90,2 % (Memenuhi)
Syarat
uji hasil akhir (yield) = 90% - 110%
2.
Uji aliran granul. Syarat < 10 detik
NO
|
Berat (gram)
|
Waktu (detik)
|
X(Rata-rata)
|
1.
|
20 gram
|
7,10 detik
|
7,175 detik
|
2.
|
20 gram
|
7,25 detik
|
3. Uji pemampatan granul. Syarat > 80%
Perhitungan : Tinggi Akhir X 100%
Tinggi Awal
Percobaan ke 1 : Tinggi Akhir X 100 %
Tinggi Awal
5,5
= 87, 27% ( Memenuhi )
Tinggi Awal
5,7
= 78, 94% ( Tidak Memenuhi )
NO
|
Berat (gram)
|
Tinggi Awal
(cm)
|
Tinggi Akhir
(cm)
|
Pemampatan
|
X(rata_rata)
|
1
|
20 gram
|
5,5 cm
|
4,8 cm
|
87,27 %
|
83,105 %
|
2
|
20 gram
|
5,7 cm
|
4,5 cm
|
78,94 %
|
3.4 Data Referensi
Terlampir.
3.5 Pembahasan dan Diskusi Hasil
Percobaan
Pada percobaan
pembuatan tablet parasetamol dengan metode granulasi basah ini digunakan
formula standar. Pencampuran dan peracikan fase dalam harus benar-benar homogen
karena akan mengakibatkan tidak meratanya kandungan zat aktif pada granul dan
tablet yang dihasilkan. Pada
proses pengeringan granul disimpan pada suhu 500C selama ± 25 menit.
Kecepatan aliran
granul yang baik menurut pustaka adalah kurang dari 10 detik. Hasil yang
diperoleh pada percobaan adalah 7,175 detik. Penggunaan talk dapat membantu
dalam meningkatkan kecepatan aliran granul.
Kadar granul
yang baik menurut pustaka adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Hasil yang diperoleh pada percobaan sebesar 90,2 %. Hal tersebut menunjukkan
bahwa formula yang digunakan sudah baik.
Evaluasi
Tablet. Tablet secara visual tidak telihat jika terjadi ketidakhomogenan zat
warna karena memang tidak menggunakan zat warna. Bebas dari bintik-bintik dan
noda yang mengganggu.
Masalah-
masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet seperti laminasi, capping, chipping, cracking, picking, dan sticking tidak kami temukan selama percobaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa formula yang digunakan sudah baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam praktikum pembuatan tablet paracetamol dengan metode
granulasi basah kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Kecepatan aliran granul. Hasil yang
diperoleh pada percobaan adalah 7,175 detik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kecepatan aliran granul telah sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
2.
Kadar granul yang baik menurut pustaka
adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Hasil yang diperoleh
pada percobaan sebesar 90,2 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa formula yang
digunakan sudah baik.
3.
Evaluasi Tablet. Tablet secara visual
tidak telihat jika terjadi ketidakhomogenan zat warna karena memang tidak
menggunakan zat warna. Bebas dari bintik-bintik dan noda yang mengganggu.
4. Masalah-
masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet seperti laminasi, capping, chipping, cracking, picking, dan sticking tidak kami temukan selama percobaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa formula yang digunakan sudah baik.
4.2 Saran
Proses pembuatan tablet
parasetamol dengan metoda granulasi basah ini harus benar-benar sabar dan
teliti. Terutama pada proses pengeringan, karena jika terlalu lama dioven maka
akan menghasilkan granul yang keras serta terjadi perubahan warna sehingga
sulit diayak. Untuk mengantisipasinya maka setiap 5 menit sekali granul dicek
apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Pencampuran dan
peracikan fase dalam juga harus benar-benar homogen karena akan mengakibatkan
tidak meratanya kandungan zat aktif pada granul dan tablet yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Midian, Loho, E., dkk., 1979, Farmakope
Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
H, A, Syamsuni, Apt., 2005, Ilmu
Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar