MAKALAH
“OBAT BATUK”
(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi)
Oleh :
Tia Widianti
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang mana dengan rahmat dan hidayah-nya saya mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “Obat
Batuk“. Uraian
materi yang disajikan didapatkan dari buku
dan internet. Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, lugas, dan
jelas sehingga mudah dipahami pembaca.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Farmakologi yang meliputi nilai tugas individu.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu demi
kesempurnaan makalah ini kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan.
Kepada para pembaca saya ucapakan
selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Rangkasbitung, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang....................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3
Batasan Masalah..................................................................................................1
1.4
Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB
II TINJAU PUSTAKA
2.1
Obat......................................................................................................................3
2.2
Batuk....................................................................................................................3
BAB
III PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Batuk................................................................................................. 4
3.2
Gejala dan Penyebab Batuk............................................................................... 5
3.3
Mekanisme Batuk................................................................................................ 5
3.4
Jenis-Jenis Batuk................................................................................................. 6
3.5
Undang-Undang.................................................................................................. 7
3.6
Penggolongan Obat Batuk.................................................................................. 8
3.7
Contoh-Contoh Obat Batuk............................................................................... 9
3.8
Beberapa Contoh Obat Yang Beredar Dipasaran.......................................... 13
3.9
Tips Menggunakan Obat Batuk Yang Efektif................................................ 14
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan......................................................................................................... 15
4.2
Saran.................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang No. 23 tahun 1992).
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya masyarakat untuk
mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan yang
banyak dialami masyarakat, seperti batuk.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila
dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu
penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini
suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui
udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah satu gejala
penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada.
Tetapi, batuk juga bisa sebagai
penyebab penyakit ataupun memang penyakit yang disebabkan oleh virus.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang benar mengenai
penggunaan jenis obat batuk terhadap jenis batuk yang diderita. Karena, diketahui
bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk.
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan makalah ini lebih menekankan
kepada upaya pengetahuan dalam pengajaran farmakologi bagi pembaca khususnya
kita sebagai mahasiswa, berdasarkan analisis permasalahan yang telah di
pelajari. Oleh karena itu, dapat dirumuskan permasalahan makalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan batuk ?
2. Apa saja jenis-jenis batuk ?
3. Bagaimana penggolongan obat batuk ?
4. Apa saja
contoh dari obat batuk yang beredar dipasaran serta indikasi, kontra indikasi,
dosis dan efek samping yang dimiliki obat tersebut ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempersempit ruang lingkup, maka terdapat batasan masalah yang perlu
didefinisikan dalam penulisan makalah ini. Penulisan difokuskan pada materi
tentang “Obat Batuk“.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu batuk.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis batuk.
3. Untuk mengetahui penggolongan obat
batuk.
4. Untuk mengetahui apa saja
contoh dari obat batuk yang beredar dipasaran serta indikasi, kontra indikasi,
dosis dan efek samping yang dimiliki obat tersebut.
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
farmakologi.
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah bahan untuk mengurangi, menghilangkan
penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Obat adalah bahan atau
panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
2.2 Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk
merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk
membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat
lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan
sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Batuk
Menurut
Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan
mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret
dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila
batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai
kanker.
Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi
selalunya terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap
infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu
dan bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit
respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit pulmonal
obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis
interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau
terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu,
paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus
laryngeus misalnya akibat tumor.
Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena
paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga
menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum,
sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga,
perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks
fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu.
Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar
jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan :
1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.
2. Mengeluarkan
benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.
Batuk menjadi tidak
fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali
merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada
penularan penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah
satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering
kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya
sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.
3.2 Gejala dan Penyebab Batuk
A.
Gejala Batuk
1. Demam
yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku
2. Bersin-bersin
dan hidung tersumbat
3. Sakit
tenggorokan
B.
Penyebab
Batuk
4. Asma
atau tuberculosis
5. Benda
asing yang masuk kedalam saluran napas
3.3 Mekanisme Batuk
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat
dibagi menjadi 4 fase yaitu: :
1. Fase iritasi
1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf
sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen
cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga
timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan
saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase
inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara
dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai
terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma,
sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru.
Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu
akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil
rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang
potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat
kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2
detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi
batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah
glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat
kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam
jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran
benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan
dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk
dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi
akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
3.4 Jenis-Jenis Batuk
A. Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Berdasarkan
produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu batuk
berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).
1. Batuk
berdahak (batuk produktif)
Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran
nafas, seperti influenza, bronchitis, radang paru, dan sebagainya. Selain itu
batuk berdahak terjadi karena saluran nafas peka terhadap paparan debu, polusi
udara, asap rokok, lembab yang berlebihan dan sebagainya.
2.
Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak
dalam saluran nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada
tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada
saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok dan
perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya penggunaan obat
antihipertensi kaptopril).
B. Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya
Berdasarkan waktu
berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk sub
akut dan batuk kronis.
1.
Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang
dari 3 minggu. Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan
saluran nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri.
2.
Batuk Subakut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara
3 – 8 minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut saluran
pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran
nafas.
3.
Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang
terjadi lebih dari 8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala
adanya penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis, bronchitis
dan sebagainya.
3.5 Undang-Undang
Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat Nomor 1 memuat
ketetapan mengenai obat-obat yang masuk kedalam daftar obat “W” dan pengertian
tentang obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter jika penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
-
Obat tersebut hanya boleh dijual dengan
bungkus asli danri pabriknya atau pembuatnya.
-
Pada penyerahannya oleh pembuat atau
penjual harus mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan
memuat tulisan pemberitahuan berwarna putih.
Penandaan
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk obat
bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda khusus harus dilekatkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah
dikenali. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah sebagai berikut :
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI, obat yang ditetapkan sebagai obat bebas
terbatas adalah sebagai berikut :
a. Obat
bebas terbatas dengan tanda peringatan Nomor 1 (P No. 1)
Contoh
: Obat batuk
Tanda peringatan yang harus ada pada kemasan
obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Zat-zat
Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat
batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf
lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan
antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi.
a. Zat-zat
adiktif
Yang
termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat
opioid, yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau
morfin. Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya
harus hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.
b. Zat-zat
non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan,
pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya prometazin dan
difenhidramin.
2. Zat-zat
Perifer
Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam
beberapa kelompok yaitu :
a.
Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran
dahak dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari
lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak
secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap sel-sel kelenjar.
Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium klorida, gliceryl guaiacolat,
ipeka, dan minyak terbang.
b.
Mukolitik
Mukolitk ialah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Mukolitik memiliki gugus
sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya.
Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali.
Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer
melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada
umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada
perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini
adalahasetilkarbosistein, mesna, bromheksin, danambroxol.
c.
Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar
tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang
sering digunakan adalah sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus
carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis), permen, pastilles isap,
dan sebagainya.
3.7
Contoh-contoh Obat Batuk
A.
Zat-zat
pereda sental (Antitusif)
1.
Keodein
(F.I): metilmorfin, *Codipront
Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi
efek analgetis dan meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek
depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai
pereda batuk dan penghilang rasa sakit, biasanya dikombinasi dengan asetosal
yang memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis yang efektif terletak di anatara 15 – 60 mg.
Sama dengan morfin, kodein juga dapat membebaskan histamine (histamine-liberator).
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan
terbatas pada obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak
kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun kurang hebat dan lebih jarang
daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan ketagihan.
Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd
10-40 mg dan maksimum 200 mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40
mg.
2.
Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren,
seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin
seperti alkaloda candu lainnya (papaverin dan tebain). Efek meredakan
batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak mengakibatkan depresi pernapasan
atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat diabaikan. Risiko adiksinya
ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak digunakan dalam
berbagai sediaan obat batuk popular.
Noskapin
tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan efek
bronchokonstriksi dan hipotensi (selewat) pada dosis besar.
Efek
sampingnya jarang terjad dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan
lelah letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg,
maksimal 250 mg sehari.
3.
Dekstrometofan: methoxylevorphanol,
Detusif, *Romilar/exp, *Benadryl DMP
Derivat-fenantren
ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein, tetapi
bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau
adiktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak.
Pada peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.
Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas
pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan
lambung-usus.
Dosis:
oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12
tahun 3-4 dd 15 mg.
B.
Antihistamin
1. Prometazin:
(phenargen exp)
Sebagai
antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative dan
antikolinergik yang kuat.
Efek
samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan
akomodasi pada manula.
Dosis
: 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.
2. Oksomemazin
Adalah
derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya antikolinergiknya lemah.
Dosis
: 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5 tahun 10-20 mg
sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
3. Difenhidramin
(Benadryl)
Sebagai
zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat hipnotis-sedatif dan dengan
demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis
: 3-4 dd 25-50 mg
C.
Muskolitik
1. Asetilsistein
(Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi
kekentalan / viskositas sekret dengan memecah ikatan disulfida pada
mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk. Mekanisme ini
paling baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas
(bronkospasme, angioedema, kemerahan, gatal), hipotensi / hipertensi
(kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat, arthralgia,
pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac / respiratory
arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600
mg granulat, anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg,
Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150 mg/kg berat badan dan
larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam
2.
Bromheksin
Mekanisme aksinya
yakni Bromheksin
merupakan secretolytic agent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan
mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus yang kental pada saluran bronkial
menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala,
berkeringat, kulit kemerahan. Batuk atau bronkospasme pada inhalasi
(kadang-kadang). Mual, muntah, diare dan efek samping pada saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida),
Anak-anak 3 dd 1,6 – 8 mg. Tergantung dari usia.
D.
Ekspektoran
1.
Kaliumiodida
Iodida menstimulasi
sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi sebagai obat
batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek Samping :
gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga hiperkaliemia( pada
fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk
oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
2.
Amoniumklorida
Berdaya diuretic
lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman
darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan
gerakkan bulu getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga
meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk,
misalnya obat batuk hitam.
Efek Sampingnya :
Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual,
muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis : oral 3-4 dd
100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
3.
Guaifenesin
( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan sebagai
ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada dosis tinggi
bekerja merelaksasi otot seperti mefenesin.
Efek Samping :
Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas
air.
Dosis: Oral 4-6 dd
100-200 mg.
E.
Emolliensia
1.
Succus
Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu
komponen dari sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai
bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek Samping : Pada doosis Tinggidari 3 g
sehari berupa nyeri kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit,
akibat efek mineralalokortikoid dan hipernatriema dari asam glycyrrizinat.
Dosis
: oral 1-3 g sehari.
3.8 Beberapa Contoh Obat Yang
Beredar Dipasaran
11. Benadryl
DMP
Difenhidramin
(antihistamin, antitusif)
Dektrometorfan
(antitusif)Fenilefrin (dekongestan)
Ammonium
klorida (ekspektoran)
Natrium
sitrat (ekspektoran)
Indikasi
: Mengurangi batuk yang parah dan membandel serta gangguan saluran pernafasan
yang disebabkan oleh pilek, alergi, atau bronkitis
Kontra
Indikasi
Gangguan
fungsi hati atau ginjal.
Efek
Samping
Mengantuk,
pusing, mulut kering, gangguan saluran pencernaan.
Dosis
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 sendok
teh. Anak-anak : 3-4 kali sehari ½-1 sendok teh .
2.
Vicks
Formula 44
Dekstrometorfan (antitusif)
Doksilamin (antihistamin, antitusif)
Meredakan batuk yang tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit.
Kontra
Indikasi: Penderita hipersensitif, terhadap obat ini.
Efek Samping
: Jarang menyebabkan kantul. Mual, pusing, konstipasi.
Aturan Pakai
:
Dewasa: 12 tahun ke atas: 1 sendok takar 3 kali sehari.
Anak-anak: 6 - 11 tahun: ½ sendok takar 3 kali sehari.
Atau gunakan sesuai petunjuk dokter.
1 sendok takar = 5 mL
3. Wood
Ekspektoran
Bromhexin (ekspektoran)
Guaifenesin (ekspektoran)
Indikasi: Meredakan gejala batuk produktif , bronchitis atau emfisema.
Kontra
indikasi: Ulkus Gi, Hamil, menyusui
Efek
Samping: Gangguan Pencernaan
Dosis:
Dewasa dan Anak >12 tahun sehari 3x10 ml. Anak 6-12 thn sehari 3-5 ml
3.9
Tips Menggunakan Obat Batuk yang Efektif
Jika batuk Anda
|
Pilihlah yang mengandung
|
Contoh obat
|
Kering (tanpa disertai dahak)
|
Antitusif
|
Dekstrometorfan, atau noskapin
|
Disertai dahak
|
Ekspektoran
|
Bromheksin, gliseril guaiakolat (GG, atau guaifenesin),
ambroksol, karbosistein, atau ammonium klorida
|
Akibat alergi dan disertai dengan
hidung meler
|
Antihistamin
|
Difenhidramin, klorfeniramin (CTM), doksilamin, feniramin,
atau tripolidin
|
Disertai dengan napas yang tidak
lega
|
Dekongestan
|
Fenil propanol amin, efedrin, pseudoefedrin, etilefedrin,
atau fenilefrin
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini antara
lain :
1. Menurut
Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan
mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret
dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila
batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai
kanker.
2. Jenis-Jenis batuk berdasarkan
produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu batuk
berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).
3.
Jenis-jenis berdasarkan waktu
berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk sub
akut dan batuk kronis.
4.
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2
golongan besar, yaitu : zat-zat sentral (antitusif) dan zat-zat perifer.
5. Beberapa contoh obat yang beredar
dipasaran :
1. Benadryl DMP
2. Vicks
Formula 44
3. Wood Ekspektoran
4.2
Saran
Kepada para pembaca saya ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih perlu
ditingkatkan mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku :
Ruli S.H, S.Si, Apt,. dkk,. 2013, Undang-Undang
Kesehatan untuk SMK Farmasi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Meity T. Q., dkk., 2011, Kamus Bahasa Indonesia untuk
Pelajar, Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Internet:
http://produkfarmasi.blogspot.co.id/2011/12/nama-dagang-obat-obatan-yang-beredar-di.html
This post reminded me of a page i had visited a while ago its very interesting and fascinating. I am glad that when i was looking for Ghost Writing services, i was redirected to this post. Its my wish that more is one the way.
BalasHapus