Laporan Praktikum
Farmasetika II
“Pembuatan Tablet Chewable
Parasetamol Dengan Metode Granulasi Basah”
Kelompok
3
Ketua
Kelompok : Tia Widianti (014030042)
Anggota : 1. Siti Iim Ikrimatudin (014030038)
2. Sri Resti Rahayu (014030040)
3. Sulastri Baniaty (014030041)
4. Devi Diantika (014030006)
5. Dewi Meriani (014030007)
Pelaksanaan Praktikum
: Rangkasbitung, 11-12 Januari 2016
Sekolah Tinggi
Farmasi Muhammadiyah Tangerang
2015
Kata Pengantar
Assalamu ‘alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin atas
kehendak dan rahmat Allah SWT, kami mampu menyelesaikan “Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Chewable Parasetamol Dengan Metode
Granulasi Basah” dengan tepat waktu.
Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas kelompok praktikum mata kuliah Farmasetika II.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu
Meisalina S.Farm selaku dosen pembimbing.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kami selaku penulis serta pembaca sekalian.
Terimakasih. Wassalamu ‘alaikum wr.wb
Rangkasbitung,
12 Januari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tablet Chewable
Tablet
chewable (tablet kunyah). Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya
dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
1.2 Syarat Tablet
Syarat tablet kecuali dinyatakan lain,
tablet harus memenuhi syarat berikut :
1.
Keseragaman ukuran. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Keseragaman
bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut :
Timbang
20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya yang menyimpang dari
bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari bobo rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Jika
tidak mencukupi 20 tablet , dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besa dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom
A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang di tetapkan kolom B.
Bobot rata-rata
|
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
|
|
A
|
B
|
|
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
Lebih dari 300 mg
|
15%
10%
7,5%
5%
|
30%
20%
15%
10%
|
2.
Waktu hancur tablet tidak bersalut
enterik. Alat tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dakam lebih
kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa
kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang.
Keranjang disiapkan searah ditengah-tengah tabung,
diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36’ dan 38’ sebanyak
lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat
dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi
tepat diatas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat
dipermukaan air.
Cara masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, tutun-naikkan
keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika
tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa kecuali fragmen yang
berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain ,waktu yang diperlikan untuk
menghancurkan kelima tablet tidal lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut
selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan
tablet satu persatu kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penentuan. Dengan cara pengujian
ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
Cakram penentuan terdiri dari cakram yang terbuat dari
bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permkaan bawah rata,
permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat. Tiap lubang terdapat
kawat tahan karat diameter 0,445 mm, yang dipasang tegak lurus permukaan
cakramndan dihubungkan dengan cincin penentuan dengan permukaan atas cakram 15
mm. Beda antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penentuan tidak kurang dari 1,9 g
dan tidak lebih dari 2,1 g.
Waktu hancur tablet beralut enteric lakukan pengujian wakt
hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut diatas, air diganti dengan
lebih kurg 25 ml asam klorida 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet
tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera table dengan
air. Gnati larutan asam dengan larutan pH 6,8 , atur suhu antara 36’ dan 38’.
Celupkan keranjang kedalam larutan tersebut, Lanjutkan pengujian sekama 60
menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat, bagian tablet diatas kasa kecuali
fragmen zat penyalut. Jika tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram
penentuan. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
1.3
Komponen
Tablet
Komponen
atau formulasi tablet terdiri atas :
1.
Zat aktif
2.
Eksipien atau bahan tambahan.
a. Bahan
pengisi (diluent)
b. Bahan
pengikat (binder)
c. Bahan
penghancur/pengembang (disintegrant)
d. Bahan
pelican (lubrikan/lubricant)
e. Glidan
f. Bahan
penyalut
3.
Ajuvan
a. Bahan
pewarna
b. Bahan
pengaroma
1.4 Cara Pembuatan Tablet
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara, yaitu
granulasi basah,
granulasi kering dan kempa langsung.
a.
Granulasi basah
Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat
khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogeny, lalu dibasahi dengan
larutan bahan pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40o-50oC (tidak
lebih dari 60oC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian dicetak
menjadi tablet dengan mesin tablet.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan
dapat disimpan lebih lama dibanding cara granulasi kering.
b.
Granulasi kering
Granulasi
kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin
hingga menjadi massa serbuk yang homogeny, lalu dikempa cetak pada tekanan
tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partiket
yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan.
Keuntungan granulasi kering, yaitu tidak diperlukan panas
dan kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tablet yang kurang tahan
lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.
c.
Kempa Langsung
Cetak atau kempa langsung dilakukan jika
:
1. Jumlah
zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. Zat
khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing)
3. Zat
khasiat berbentuk Kristal yang bersifat free-flowing
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak
digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa
semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi,
misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.
1.5
Macam-Macam
Kerusakan pada Pembuatan Tablet
1. Blinding
Kerusakan
tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking/picking
Perlekatan
yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada
lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.
3. Whiskering
Terjadi karena
pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisi
yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
4. Splitting/capping
Splitting : lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Capping : Membelahnya tablet dibagian
atas.
5. Mottling
Terjadi karena
zat warna tersebar tidaj merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling
Tablet menjadi
retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan
zat pengikatnya kurang.
BAB II
METODA PERCOBAAN
2.1 Pelaksanaan Praktikum
Hari :
Senin-Selasa
Tanggal : 11-12 Januari 2016
Waktu : 08.00-10.00 WIB
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1
Alat
1. Mortar
2. Stemper
3. Penggaris
4. Corong
5. Timbangan analitik
6. Gelas ukur
7. Baskom
8. Ayakan
9. Kain batis
10. Erlenmeyer
11. Penangas air
12. Termometer
13. Sarung tangan
14. Masker
15. Oven
2.2.2
Bahan
1. Parasetamol
2. Amilum
3. Aqua
4. Corn Starch
5.
Laktosa
6. Avicel pH 102
7. Talk
8. Mg Stearate
9. Sodium Saccharin
10. Sodium Cyclamat
11. Strowbery
2.3 Prosedur Pembuatan
1. Pembuatan
Larutan Pengikat : Tuang air kedalam wadah gelas, sambil diaduk suspensikan
kedalamnya bahan pengikat (amilum). Tambahkan air mendidih (950C ) teruskan
pengadukan hingga diperoleh cairan yang jernih.
2. Granulasi
: ayak zat aktif (Parasetamol)
bahan penghancur (Corn Starch) dan pengisi (Laktosa) sebelum
dicampur menggunakan ayakan mesh 30. Tuang zat aktif (Parasetamol) bahan
pengisi
(Laktosa) dan penghancur (Corn Starch) kedalam wadah baskom. Aduk homogen
selama 5 menit. Tambahkan larutan pengikat ( suhu 60 0C / hangat ),
aduk hingga menjadi massa yang kompak.
Bila perlu dapat ditambahkan air hangat.
3. Granulasi
massa basah ini dengan ayakan mesh 12 hingga terbentuk granul yang baik.
Keringkan granulat didalam lemari pengering yang telah dialasi kain batis pada
suhu 40-50 0C semalaman. ( kadar air granul < 5% )
4. Pencampuran
Akhir : ayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12. Masukan granul
kedalam kantong plastik. Tambahkan kedalamnya bahan penghancur (Avicel pH 102)
glidan
(Talk) dan anti adheren (Mg Stearate) yang telah diayak dengan mesh 12. Kocok
kantung plastik selama 5 menit.
5. Evaluasi
Granul
a) Uji
aliran granul : timbang 20-30 g massa, lewatkan kedalam corong. Catat waktu
seluruh massa melewati corong. Lakukan 2X ( duplo ).
b) Uji
pemampatan granul : timbang 20-30 g massa, masukan kedalam gelas ukur. Ketukan
sebanyak 20 kali. Hitung tinggi awal dan akhir massa dalam gelas ukur. Lakukan
2x ( duplo ).
Tinggi awal
c) Hasil
akhir granul (yield) : timbang seluruh massa granul yang telah dibuat.
Berat
teoritis granul
6. Pencetakan
tablet : Cetak granul ke dalam mesin tablet sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Preformulasi
1. Paracetamol
·
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur
putih ; tidak berbau ; rasa pahit
·
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air ,
dalam 7 bagian etanol (95%)P , dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali
hidroksida.
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
, terlindung dari cahaya
·
Khasiat : analgetikun dan antipiretikum
2. Amylum
oryzae / pati beras ( FI. III .93 )
·
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
tidak berbau tidak berasa
·
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
air dingin dan etanol (95%) P
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik,
ditempat kering dan baik
·
Khasiat : zat tambahan
3. Avicel
pH 102
·
Pemerian : bagian lactose terdepolimeriasasi
bentuk putih bersih serbuk kristal tidak berasa
·
Kelarutan : sukar larut di 5%, larutam
sodium hidroksida praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan banyak
pelarut organic
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
4. Lactosa
( FI. III. 338 )
·
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak
berbau rasa agak manis
·
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air,
larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis
tidak larut dalam kloroform p, dan dalam eter P.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Zat tambahan
5. Talkum
( FI. III. 591 )
·
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus,
mudah melekat, bebas dari butiran warna putih, atau putih kelabu.
·
Kelarutan : tidak larut, hamper semua
pelarut
·
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Zat tambahan
6. Mg
Stearate ( FI. III. 354 )
·
Pemerian : serbuk hablur, putih licin
dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas
·
Kelarutan : praktis, tidak larut dalam
air, dalam etanol (95%) P, dan dalam eter P
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Khasiat : Antasidum, zat tambahan
3.2 Formula Sediaan
Jenis Zat
|
Nama Zat
|
Formula
|
Jumlah Per
Tablet
|
Jumlah Per
Batch
|
Zat Aktif
|
Paracetamol
|
80 mg
|
84 mg
|
37,8 g
|
Pengikat
|
Amilum
|
10%
|
20 mg
|
9 g
|
|
Aqua
|
Qs
|
Qs
|
Qs
|
Pengahancur Dalam
|
Corn Starch
|
6%
|
12 mg
|
5,4 g
|
Pengisi
|
Laktosa
|
***
|
59,08 mg
|
26,586 g
|
Pengancur Luar
|
Avicel PH 102
|
10%
|
20 mg
|
9 g
|
Glidan
|
Talk
|
1%
|
2 mg
|
0,9
|
Anti Adherent
|
Mg Stearate
|
0,080%
|
0,16 mg
|
0,072 g
|
Pemanis
|
Sodium Saccharin
|
0,080%
|
0,16 mg
|
0,072 g
|
Sodium cyclamat
|
1%
|
2 mg
|
0,9 g
|
|
Pewarna/Essence
|
Stawbery
|
0,3%
|
0,6 mg
|
0,27 g
|
Jumlah
|
200 mg
|
90
|
a. Penimbangan Per Tablet
Berat Pertablet = 200 mg
Besar batch pembuatan = 450 tablet = 90.000 mg = 90
gr (200 mg x 450 tablet = 90.000 = 90 gr)
Zat Aktif
1.
Paracetamol
Paracetamol yang
ditimbang = Berat Pct + 5 % berat pct
= 80 mg +
x 80 mg
= 84 mg
Zat Tambahan
1.
Amilum 10 % =
x 200 mg = 20 mg
2.
Corn Starch 6 % =
x 200 mg = 12 mg
3.
Avicel PH 102 10 % =
x 200 mg = 20 mg
4.
Talk 1 % =
x 200 mg = 2 mg
5.
Mg Stearat 0,080 % =
x 200 mg = 0,16 mg
6.
Sodium Cyclamat 1 % =
x 200 mg = 2 mg
7.
Sodium Saccharin 0,080
% =
x 200 mg = 0,16 mg
8.
Stawberry 0,3 % =
x 200 mg = 0,6 mg
9.
Lactosa = 200
mg -
(84+20+12+20+2+0,16+2+0,16+0,6)
= 200 mg – 140,92
= 59,08 mg
b. Penimbangan Per batch
1.
Paracetamol = 84 mg X 450 tablet =
37,800 mg = 37,8 gr
2.
Amilum = 20 mg x 450
tablet = 9000 mg = 9 gr
3.
Corn Strach = 12 mg x 450 tablet =
5,400 mg = 5,4 gr
4.
Avicel PH 102 = 20 mg x 450 tablet = 9000 mg
= 9 gr
5.
Talk = 2 mg x 450 tablet = 900 mg = 0,9 gr
6.
Mg Sterate = 0,16 mg x 450 tablet =
72 mg = 0,072 g
7.
Sodium cyclamat = 2 mg x 450 tablet = 900 mg = 0,9 gr
8.
Sodium Saccharin = 0,16 mg x 450 tablet = 12 mg =
0,072 gr
9.
Srowberry = 0.6 x 450 tablet =
270 mg = 0,72 gr
10. Laktosa =
59,08 x 450 tablet = 26,586 mg =26,586 gr
3.3 Tabulasi Data Evaluasi Granul dan
Sediaan Untuk Tiap Percobaan
a.
Uji aliran
granul = Massa 20 gram
NO
|
Berat (gram)
|
Waktu
(detik)
|
X
|
1.
|
20 gram
|
9 detik
|
9 detik
|
2.
|
20 gram
|
9 detik
|
Percobaan 1 = 9 detik
Percobaan 2 = 9 detik
X
=
9 + 9 : 2 = 9 detik
b.
Uji Pemampatan
granul. Massa 20 gram
NO
|
Berat (gram)
|
Tinggi Awal
(cm)
|
Tinggi Akhir
(cm)
|
Pemampatan
|
x
|
1
|
20 gram
|
5,4 cm
|
4,5 cm
|
8333 %
|
83,105 %
|
2
|
20 gram
|
4,9 cm
|
4,5 cm
|
78,94 %
|
1)
Percobaan 1
Tinggi
awal = 5,4 cm
Tinggi akhir =
4,5
Uji pemampatan granul =
Tinggi akhir : Tinggi awal X 100 %
= 4,5 cm : 5,4 cm X 100%
= 83,33 % (memenuhi)
2)
Percobaan 2
Tinggi awal = 4,9 cm
Tinggi akhir =
4,5 cm
Uji pemampatan granul =
Tinggi akhir : Tinggi awal X 100 %
= 4,5 cm : 4,9 cm X 100%
= 89,79 % (memenuhi)
Rata-Rata =
83,33 + 89,79 : 2
=
97 % (Memenuhi)
3.4 Data Referensi
Terlampir.
3.5 Pembahasan dan Diskusi Hasil
Percobaan
Pada percobaan
pembuatan tablet kunyah parasetamol dengan metode granulasi basah ini digunakan
formula standar. Penambahan air hangat sebanyak 25 ml. Jangan terlalu banyak
karena dapat membuat formula menjadi lembek. Pencampuran dan peracikan fase
dalam harus benar-benar homogen karena akan mengakibatkan tidak meratanya
kandungan zat aktif pada granul dan tablet yang dihasilkan. Pada proses pengeringan granul
disimpan pada suhu 500C selama ± 25 menit.
Kecepatan aliran
granul yang baik menurut pustaka adalah kurang dari 10 detik. Hasil yang
diperoleh pada percobaan adalah 9 detik. Penggunaan talk dapat membantu dalam
meningkatkan kecepatan aliran granul. Hal tersebut menunjukkan bahwa formula
yang digunakan sudah baik.
Berat akhir
granul (yield) yang baik menurut pustaka adalah tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 110%. Hasil yang diperoleh pada percobaan sebesar 97 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa formula yang digunakan sudah baik.
Evaluasi
Tablet. Tablet secara visual tidak telihat jika terjadi ketidakhomogenan zat
warna, tablet berwarna merah muda. Bebas dari bintik-bintik dan noda yang
mengganggu.
Masalah-masalah
yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet seperti laminasi, capping, chipping, cracking, picking, dan sticking tidak kami temukan selama percobaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa formula yang digunakan sudah baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam praktikum pembuatan tablet kunyah paracetamol
dengan metode granulasi basah kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Kecepatan aliran granul. Hasil yang
diperoleh pada percobaan adalah 9 detik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kecepatan aliran granul telah sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
2.
Uji pemampatan granul yang baik menurut
pustaka adalah lebih dari 80%. Hasil pada percobaan pertama sebesar 83,33 % dan
percobaan kedua 89,79 %. Pada percobaan 1 dan 2 memenuhi syarat.
3.
Berat akhir granul yang baik menurut
pustaka adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Hasil yang
diperoleh pada percobaan sebesar 97 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa formula
yang digunakan sudah baik.
4.
Evaluasi Tablet. Tablet secara visual
tidak telihat jika terjadi ketidakhomogenan zat warna karena memang tidak
menggunakan zat warna. Bebas dari bintik-bintik dan noda yang mengganggu.
5. Masalah-
masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet seperti laminasi, capping, chipping, cracking, picking, dan sticking tidak kami temukan selama percobaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa formula yang digunakan sudah baik.
4.2 Saran
Proses pembuatan tablet
kunyah parasetamol dengan metoda granulasi basah ini harus benar-benar sabar
dan teliti. Penambahan air hangat sebanyak 25 ml. Jangan terlalu
banyak karena dapat membuat formula menjadi lembek. Pada proses pengeringan janga
terlalu lama dioven, karena jika terlalu lama dioven maka akan menghasilkan
granul yang keras serta terjadi perubahan warna sehingga sulit diayak. Untuk
mengantisipasinya maka setiap 5 menit sekali granul dicek apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan atau belum. Pencampuran dan peracikan fase dalam
juga harus benar-benar homogen karena akan mengakibatkan tidak meratanya
kandungan zat aktif pada granul dan tablet yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Midian, Loho, E., dkk., 1979, Farmakope
Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
H, A, Syamsuni, Apt., 2005, Ilmu
Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Drs, Soesilo, Slamet., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Lampiran 1
Dokumentasi
bolehkah saya tau cara membuat formulanya? apakah dari jurnal atau bagaimana? terimakasih
BalasHapus